Bukan Pasar Malam, Bukan Kejutan Biasa

Bukan Pasar Malam hadir berbeda dari karya Pram yang lain. Jika karya Pram yang lain bersifat realis murni, maka bukan pasar malam hadir dengan sedikit aura mistis dan religius. Refleksi manusia ketika menghadapi keniscayaan kematian. Novel ini hanya setebal 104 halaman dan bisa kita selesaikan dalam satu kali duduk. Berkisah tentang pergulatan batin tokoh aku, seorang pejuang revolusi yang mendapat berita ayahnya sakit keras. Ada rasa bersalah karena sebelum sang ayah sakit, ia menuliskan surat bernada marah pada sang ayah. Dan ia mempertanyakan pada dirinya sendiri, dosakah ia?

Rasa bersalah menghantui dan menyiksa dengan cara paling diam, ditingkahi kekecewaanya pada keadaan pasca revolusi yang tidak kunjung juga membaik di republik ini. Ia pulang ke Blora dengan beragam rasa dan menemukan kemiskinan dan rumah lamanya yang renta dimakan zaman.

Bayangan berkejaran seiring kereta melewati stasiun dengan berbagai kenangan. “Dan berpuluh-puluh kenangan yang pahit dan yang senang dengan sewenang-wenang menyerbu dalam kepalaku" (halaman 17). Kekecewaan tokoh aku tergambar jelas sejak bagian pertama dalam narasi dalam kepalanya tentang demokrasi. "Sungguh-ini pun suatu kemenangan demokrasi. Engkau boleh berbuat sekehendak hatimu bila saja masih berada dalam lingkungan batas hukum. Tapi bila engkau tak punya uang, engkau akan lumpuh tak bisa bergerak" (halaman 10).

Saya harus menahan diri untuk tidak menuliskan seluruh paragraf, bagaimana kemerdekaan dengan sistem demokrasi tidak juga membawa rakyat kecil ke keadaan yang lebih baik. Kemiskinan. Akses sarana kesehatan yang tidak terjangkau oleh rakyat kecil. Pertanyaan mengapa sang ayah yang menderita TBC tidak dirawat di sanatorium diceritakan di halaman 64. Sanatorium sudah penuh oleh pedagang. Kalau engkau jadi pegawai, kalau bukan pegawai tinggi, jangan sekali-kali berani mengharapkan mendapat tempat di sanatorium.

Dan idealisme sang ayah menahannya dari berbagai tawaran jabatan tinggi termasuk jabatan sebagai anggota perwakilan daerah. Sang ayah punya pandangan berbeda tentang perwakilan rakyat. Perwakilan rakyat hanya panggung sandiwara. Dan aku tak suka menjadi badut-sekalipun badut besar (halaman 65).

Bukan Pasar Malam merupakan sebuah novel yang mampu memberikan pengaruh dalam Orde Baru sehingga dibredel pada tahun 1965. Novel ini dianggap memberikan pengaruh yang signifikan terhadap dunia perpolitikan Indonesia karena Pramoedya menumpahkan protesnya secara tidak langsung kepada pemerintah melalui tulisan dalam novel ini.

Dan pada akhirnya, "mengapa kemudian kita harus tercerai-berai dalam maut. Seorang. Seorang. Seorang. Dan seorang lagi lahir. Seorang lagi. Seorang lagi. Mengapa orang ini tidak ramai-ramai lahir dan ramai-ramai mati? Aku ingin dunia ini seperti pasar malam. Seorang-seorang mereka pergi. Dan yang belum pergi dengan cemas-cemas menunggu saat nyawanya terbang entah kemana..."

Saya sudah lama ingin membeli buku ini. Bukan Pasar malam mengingatkan saya pada almarhumah nenek saya yang berpulang dua tahun yang lalu. Bagaimana sakitnya nenek memaksa semua dari kami berkumpul dan mengingat mati. Mengingatkan saya bahwa tanggung jawab seorang anak laki-laki adalah mengurus keluarganya, terutama ibunya sampai selesai. Seperti tokoh aku yang baru bekerja tiga hari kemudian mengambil libur panjang demi mengurus ayahnya. Mengingatkan saya pada kelima om saya yang menghentikan seluruh kegiatannya untuk bergantian menjaga nenek saya, begitu juga dengan ibu saya dan dua adik perempuannya. Hingga akhirnya nenek berpulang setelah solat ashar berjamaah diimami om saya. Nenek berpulang diantar lengkap oleh seluruh anak-anaknya. Kenangan atas nenek tidak pernah bisa dengan mudah saya lewatkan. Seumur hidup saya, nenek lebih seperti ibu kedua bagi saya. We had all that love hate story. Menjadi cucu tertua dari anak tertua membuat saya lebih mirip jadi adik om-om saya, kenyataannya umur saya cuma berjarak empat tahun dari om bungsu saya.

Rasa bersalah atas sakitnya orang tua hingga refleksi saat mengantar orang tua menjelang waktu terakhirnya membuat novel ini terasa sangat personal bagi saya, maka ketika Lentera Dipantara mencetak kembali novel ini dan Ndari sempat melihatnya di Gramedia saya langsung memutuskan untuk titip karena di kota tempat saya tinggal tidak ada toko buku yang besar. Yang kemudian menjadi kejutan bagi saya, novel ini hadir ditangan saya sebagai hadiah ulang tahun.

Dua puluh dua Januari yang lalu seperti biasa semua sahabat dekat dan teman yang tak terlalu akrab beramai-ramai mengirimkan pesan berisi doa dan ucapan selamat. Semua doa saya aminkan, berharap kebaikan yang sama untuk si pengirim. Ada satu ucapan yang berbeda. Bukan dengan pesan singkat tapi dengan nyanyian. Dengan alibi tidak bisa mengikat saya di tiang listrik, dia memilih menelpon saya dan bernyanyi. Autentik! 

Dan ternyata tidak hanya sampai disitu. Dua minggu setelahnya saya berkunjung karena dia sakit dan saya berhutang janji, begitu saja dia memberikan sebuah bungkusan hijau. Saya kaget dan otak saya beku. Dan lagi, dia bernyanyi selamat ulang tahun. Dan saya, tetap kehilangan kata-kata meski semuanya berusaha saya rekam baik-baik dalam benak.

Ketika dibuka, saya menemukan Bukan Pasar Malam dan Anak Semua Bangsa. Makinlah saya speechless. Orang yang kenal saya tahu persis, saya lebih memilih buku daripada baju atau barang-barang lain. Dan hadiah ini diberikan oleh orang yang relatif baru saya kenal. Terima kasih. Thank you for your concern. Hadiah ini jauh lebih berharga daripada buku cetakan tahun berapapun.

Pada akhirnya bukan seberapa lama kamu mengenal seseorang, hal yang membuat bahagia bisa datang dari siapa saja dan dari mana saja. Dan betapa rasa syukur saya tidak akan pernah cukup untuk berterima kasih kepada sang Pembuat Hidup untuk umur dan beragam kejutan dan kebaikan hingga detik ini.

Saya merasa lengkap dan bahagia. Rasa hangat yang selalu ada.
Terima kasih untuk Bagus, Beni dan Ndari. Untuk ide, eksekusi dan referensinya. Saya pikir kebekuan otak saat itu sudah sembuh, nyatanya bagian ini adalah bagian tersulit yang saya tuliskan. Terima kasih. Duh kalian...

Matur nuwun!





Comments

beni ananto said…
Novelnya emang tipis, ringan, tapi isinya, beuh.. berat. Novel ini emang belum baca, baru baca resensi dan komen dr para pembaca. Gak salah si Bapak msk nominasi nobel sastra.
Pas baca blog ini gw kira mau spoiler nih Lala. hehe..
anyway, I found my name on this blog, Hmm..
Hehe.. it doesnt matter Sist.
Hahaha..
I cant say anything. Honestly, I feel like I am lucky man. Met good guys like you, Ndari and Bagus. It's out of my imagine.



Terimakasih..
ndarikhaa.com said…
Hihiii syenang juga bisa membuat orang senang..
Duh duh duh.. Makin goyahhh..

Haruskah mulai membaca Om Pram??

Sepertinya menarik ya Lak? Ben.. 😊
Ning! said…
Saya pengen baca bukunya Pram, terutama yang tetralogi Buru. Tapi sampe sekarang belum kesampaian. Kalau beli bukunya mahal & di perpus jarang ada, hiks
tuty prihartiny said…
Ketika telah selesai membaca tapi rasanya belum selesai dibaca...itu sesuatu banget ya kak...
tuty prihartiny said…
Ketika telah selesai membaca tapi rasanya belum selesai dibaca...itu sesuatu banget ya kak...
Maria said…
Bukunya Pram memang selalu memikat!
Unknown said…
Karya Pram selalu menarik untuk dibaca
Annisa J. said…
Tulisannya bagus ka.. happy bday again hihi. WYATB!
ZAINAL MUTAKIN said…
Duhh baca ini jadi semakin membulatkan tekadku untuk pulang ke rumah, di sela sela cuitanya yang uring uringan mau nulis apa ternyata hasilnya bikin saya mellow kakak... hihihi
Achi Hartoyo said…
aaaakkk!! suka banget kuote ini "aPada akhirnya bukan seberapa lama kamu mengenal seseorang, hal yang membuat bahagia bisa datang dari siapa saja dan dari mana saja"
Kharina Windi said…
Wah jadi pengen baca juga, padahal yang Gadis Pantai belum selesai selesai dibaca hehe..
swwmutiara said…
Tetiba inget alm.Simbah putriku... Hiks... Way to go Lala... Its a very personal and touchy review. Thumbs up
elsalova said…
Aku ga tau seleseai kapan kalau baca buku ini kaaa 😂😂
Btw ini salah satu contoh ngereview buku ga ya kaa? *maaf masih awam
elsalova said…
Aku ga tau seleseai kapan kalau baca buku ini kaaa 😂😂
Btw ini salah satu contoh ngereview buku ga ya kaa? *maaf masih awam
Tulisan-tulisan Om Pram selalu daleeemmm dan terasa makjleb gtu di hati
inez said…
hmmm oke masuk list buku yg nanti pengen dibeli. makasi infonya!
Pada akhirnya bukan seberapa lama kamu mengenal seseorang, hal yang membuat bahagia bisa datang dari siapa saja dan dari mana saja"- setuju bener nih kalimat!
Lisa Fransisca said…
suka sama quotes kk di paragraf terakhir :)
btw, tulisannya ngalir banget kak, bikin penasaran sama bukunya

Popular posts from this blog

Pendakian Raung 3344 mdpl Via Kalibaru

Review : Melawat Ke Timur : Menyusuri Semenanjung Raja-raja