Pertanyaan
ada pertanyaan-pertenyaan sederhana yang terasa mengusik pikiran saya. tidak. kali ini pertanyaannya bukanlah "kapan kawin?". saya sedang di kamar mengeringkan rambut menggunakan hair dryer dengan suara bising sedunia, seorang sahabat saya masuk begitu saja ke kamar saya, merebahkan tubuh di kasur saya dan bertanya,
"kamu pernah gak sih nanya sama diri kamu sendiri, suatu hari nanti bisa gak sih kamu punya anak?"
entah karena distorsi dari suara bising pengering rambut atau karena memang pertanyaannya sendiri, saya tidak langsung mengerti arah pertanyaan ini ketika pertama mendengarnya. dan dia kembali mengulang pertanyaannya,
"pernah gak mempertanyakan bahwa ternyata mungkin gak sih kamu itu gak bisa hamil?"
doeng.
oke saya mengerti. saya mematikan pengering rambut, membiarkan rambut saya setengah kering dan duduk disampingnya, di ranjang saya yang sampai hari ini masih berukuran single. banyak jawaban yang ingin saya lontarkan, tapi tidak ada satupun kalimat yang keluar. yang kemudian saya jawab adalah saya yakin. saya bisa punya anak kok nanti setelah saya menikah. saya bahkan sudah mempersiapkan namanya.
if everything has been written, why worry?
saya lebih punya banyak kegalauan dari apa yang sahabat saya punya, saya sendiri belum menikah, bagi dia, setidaknya dia sudah menikah, satu pertanyaan tentang jodoh sudah terjawab. sedangkan bagi saya, jodoh sendiri masih merupakan sebuah pertanyaan.
manusiawi sekali yah pertanyaan-pertanyaan ini, Tuhan dengan segala misterinya menguji kita dengan cara-cara yang tidak pernah kita bayangkan. seorang kawan yang tidak pernah pacaran kemudian langsung menikah, saya yang pacaran bertahun-tahun belum juga kunjung menikah. seorang kawan menikah selama hampir dua tahun dan belum hamil juga, seorang kawan yang lain dua bulan menikah langsung hamil.
pertanyaan-pertanyaan. manusia hidup untuk menjawab berbagai macam pertanyaan yang hadir setelah kesadaran pertamanya. kesadaran dia sebagai manusia. manusia tanpa kesadaran tentu tidak akan repot mempertanyakan banyak hal dalam hidup ini, bukan? selain pertanyaan yang berasal dari diri kita sendiri, kita akan mendapat pertanyaan, banyak pertanyaan dari pihak diluar diri kita, orang tua, keluarga, teman, dan kita berusaha menjadi yang terbaik untuk bisa memberikan jawaban yang terbaik. dengan cara kita. kadang cara tersebut sama, tapi bisa juga berbeda dengan harapan sang pemberi pertanyaan. kita berusaha menjawabnya, dan itu cukup.
saya percaya bahwa segala sesuatu yang terjadi dalam hidup saya sudah digariskan. sudah diputuskan. dan saya percaya bahwa skenario yang Tuhan ciptakan adalah apa yang terbaik untuk saya, untuk manusia, untuk umatnya. namun, sebelum saya mulai menjalani hidup saya sebagai manusia, saya telah dibuat lupa terhadap semua jawaban dari pertanyaan esensial tentang hidup. ini yang kemudian membuat saya bertanya, siapa jodoh saya, berapa lama saya akan hidup, saya akan berkarier sebagai apa, bagaiamana kehidupan saya, apa yang bisa saya berikan untuk orang-orang disekitar saya, apa manfaat saya hidup. sebenarnya jawaban dari semua pertanyaan itu sudah ada.
yang perlu saya lakukan adalah menemukan kembali jalan saya untuk pulang kepada semua jawaban dari semua pertanyaan, Tuhan. Allah SWT.
pertanyaan ini tidak akan berhenti hingga ajal menjemput. di akhir kehidupan nantipun, sudah ada pertanyaan yang menunggu kita, pertanyaan pertamanya tentu saja, "siapa Tuhanmu?". Man Robbuka?
seumur hidup kita adalah persiapan untuk dimampukan menjawab pertanyaan terakhir itu. siapa Tuhanmu? saya dilahirkan dengan fitrah sebagai muslimah, proses kehidupan saya yang kemudian menentukan mampukah saya menyelesaikan hidup saya dan tetap
mampu menjawab pertanyaan itu.
mampukah saya?
mampukah kamu?
Comments