Teluk Kiluan (part 2)


 Assalamualaikum :)


Jungkung di tengah laut perak - foto Mba Suci

Waktu yang kami butuhkan untuk mencapai Teluk Kiluan dari Lagoon Cabe kurang lebih 5 jam perjalanan laut. Dengan baju basah setelah snorkeling singkat dan mengecewakan, saya dan anak-anak memutuskan untuk berjemur di dek. Pertama kita duduk-duduk nyender di dek, tapi karena lelah, yaudahlahyah semuanya ngegelosor di dek dan tidur.

Saya gak tau sudah tidur berapa lama, yang jelas saya bangun karena kapal bergoncang heboh. Man, kapal terhempas ke kanan dan ke kiri dengan sadis! Ombak gede banget. Saya dan beberapa anak bengong dan khawatir, can we make through this? Oh sure we can. Kapal terus laju, pelan tapi pasti. Pemandangan di sekitar saya adalah laut dan pulau-pulau yang saya tidak tahu apa namanya. Saya terlalu malas untuk mengambil kamera dan mulai memotret, sementara yang lain heboh dengan kameranya masing-masing. Pulau-pulau dengan karang-karang besar di sekitarnya, air jernih kehijauan atau biru. Ombak lebih besar daripada saat kami berangkat dari pelabuhan Canti menuju Krakatau, tapi mungkin kami sudah mulai terbiasa dan tidak ada yang mabuk kali ini. Seseorang kemudian berkata, kami sudah berlayar selama dua jam. Well, masih ada sisa tiga jam yang harus kami lewati. Pemandangan kemudian berganti, laut dan hanya laut saja sejauh mata memandang. Kemudian kami memutuskan untuk tidur menggelosor lagi. Pihak travel berbaik hati memasangkan terpal agar kami tidak terlalu silau atau panas, lumayan berhasil. Lumayan, karena kadang terpal yang di pinggir lepas dan silau.


The Sun Almost Set - Foto Mba Suci

Kurang lebih dua jam kemudian pemadangan mulai kembali didominasi pulau-pulau, matahari hampir tenggelam. Banyak yang mulai heboh mengeluarkan kamera untuk mengabadikan sunset, kecuali saya. Saya ingin menikmati momen ini begitu saja. Pulau-pulau karang, sunset, dan segala apa yang berkecamuk dipikiran saya saat itu. Saya menjadi lebih banyak bertasbih. Indah sekali.
Well, saya berniat minta foto sunset dari Medina, Rinta atau mba Suci, kawan-kawan baru saya. Kemampuan fotografi mereka bagus. Jauh lebih bagus dari saya.

Laut Keemasan - Foto Mba Suci

Kami sudah bosan tidur dan mulai menikmati pemandangan, teluk Kiluan mulai terlihat dan indah sekali. Matahari sudah terlewat, hampir sempurna tenggelam ketika kami sampai di pulau Kelapa, tepat di seberang Pulau Kiluan. Pulau Kiluan dikelilingi terumbu karang, jadi kapal kami tidak bisa mendekat ke sana. Ketika menginjakan kaki di Pulau Kelapa saya takjub, airnya bersih bangeeeeeettttt, pasirnya putih bangeeeetttttt… ada beberapa orang yang sedang camping di Pulau Kelapa dan mulai menyalakan api unggun. Dari Pulau Kelapa kami naik jungkung. Perahu tradisional yang akan kami gunakan untuk wisata lumba-lumba besok. 


Pulau Kelapa, dibelakang kami ada Pulau Kiluan
Hari mulai gelap saat kami menginjakan kaki di Pulau Kiluan. Kami dibagi menjadi beberapa kelompok, satu homestay kurang lebih ditempati oleh 12 orang. Homestay yang saya tempati sangat indah, sebuah rumah panggung terbuat dari kayu, dengan pemandangan teluk Kiluan di depan teras kami. Ada tiga kamar, dan dua kamar mandi. Listrik hanya tersedia dari jam 18.00 – 06.00, air mengalir tapi kadang-kadang suka mati. Oh, jangan Tanya signal henfon yah. It was barely there. Susah cyin. Saya pribadi tidak merasa terganggu. Ini saya yang tepat untuk menyimpan gadget dan menikmati apa yang ada di depan kami.

Kami mandi bergantian sambil ngumpul di ruang tengah, berbagi jajan yang dibawa dari rumah masing-masing dan mengobrol. Saya senang sekali punya selusin teman baru. Mengobrol dan bertukar nomor kontak. Di titik ini saya merasa beruntung bepergian dengan sedikit teman dan kembali dengan tambahan banyak teman baru. Saya tidak terlalu kangen Dina dan Dedew lagi. Hahahhaha.

Homestay
Setelah mandi, makan malam seadanya, ngopi, mas Helmi datang menjemput kami untuk acara barbeque di sisi lain pantai. Kami dijemput karena memang kondisi gelap dan air pasang lumayan tinggi di pantai. Kami diminta memakai celana yang setangah basah atau siap-siap aja jadi basah. Iye. Ternyata air lumayan tinggi. Kami sampai dan ternyata barbeque b
elum siap, maka kami diminta menunggu. Saya gak paham, saya baru makan malem, ngemil, dan masih tetep laper. Oh iya, sebelumnya mas Helmi membelanjakan untuk kami pop mie dan kopi dari pulau seberang. Iya, pulau Kiluan gak ada apa-apa. Jadi sambil menunggu barbeque kami makan pop mie. Pop mie di pantai, ombak, suara alam paling merdu. Mengantisipasi kenangan yang mungkin akan menyerang saya memutuskan mengajak anak-anak main tebakan logo! And we failed miserably. Gak bisa gambar logo atau kata Rinta yang anak arsi, gak ad aide buat gambar logo. Kemudian kami main ABC lima dasar. Very random indeed. Kami tertawa-tawa dengan gilanya. Oh pantai, kawan-kawan berbagi tawa, Allah pasti sayang banget sama saya.
Perairan Teluk Kiluan - foto mba Suci
Kami mulai bosan dan voila, akhirnya barbeque siap. Dagingnya tentu saja semua daging ikan. Enak. Saya selalu suka ikan fresh yang baru dibakar dengan sambel kecap yang edan pedesnya. Kami makan dengan lahap (kemana itu rasa kenyang setalah makan malam dan pop mie pergi???). sayang sekali gak banyak ikan yang bisa kami ganyang. Setelah selesai makan, mas Helmi kembali mengantar kami ke homestay.

Lelah juga ternyata. Besok kami akan wisata lumba-lumba dan dilanjut perjalanan kembali ke Lampung. Jadi kami langsung bebersih kemudian tidur.

Saya ini cerewet sekali yah? Cerita ini belum selesai lho… untuk sekarang sekian dulu. Selamat siang.

Comments

Popular posts from this blog

Pendakian Raung 3344 mdpl Via Kalibaru

Review : Melawat Ke Timur : Menyusuri Semenanjung Raja-raja

Bukan Pasar Malam, Bukan Kejutan Biasa