Trip Krakatau - Lagoon Cabe - Teluk Kiluan dan Dolphin Tour (part 1)


Assalamualaikum, 

Setidaknya, setahun sekali kunjungilah tempat yang benar-benar belum pernah kamu datangi.

Tahun 2013 hampir berakhir dan sampai bulan Juli saya belum kemana-mana. Well, saya ke Semarang sendirian untuk yang pertama kali, tapi saya ke Semarang untuk urusan kerjaan dan beberapa kali ke Jakarta dan Jatinangor karena memang ada yang harus dikerjakan, bukan untuk eksplorasi. Saya sudah mulai bosan di Purbalingga ketika Vannessa mem-broadcast BBM ajakan untuk trip Krakatau – Lagoon Cabe  - Teluk Kiluan dan dolphin tour. Saya hanya butuh waktu 30 menit untuk berfikir dan langsung mengiyakan ajakan itu. Finally! Ahahaha. Yes. I need to get out, for a while.

Awalnya saya tidak perduli siapa saja yang ikut, its gonna be a new adventure, tapi kemudian beberapa teman bergabung dan saya menjadi semakin bersemangat. Trip di Krakatau – Lagoon Cabe  - Teluk Kiluan dan dolphin tour dimulai tanggal 21 September – 22 September, meeting point di Pelabuhan Merak jam 23.00 hari jumat tanggal 20 September. Mengingat posisi saya sekarang di Purbalingga, saya mengajukan cuti satu hari, hari jumat itu. Kamis malam saya naik kereta dari Purbalingga.

beautiful colokan in kereta ekonomi is amazing
Saya memesan tiket kereta di agen tiket langganan Diyan, well, saya sudah lama sekali tidak pernah naik kereta, dan ternyata semua kereta ekonomi sekarang ber-AC dan tempat duduknya ditentukan. Setahu saya dulu, kereta ekonomi adalah kereta tanpa tempat duduk, panas dan penuh pedagang asongan. Ternyataaa… saya sejuta persen salah. Kereta eknonomi yang saya naiki, Kutojaya Utara, bersih, ber-Ac, toilet bahkan dilengkapi tissue dan bersih, yang paling menyenangkan tentu saja fakta bahwa ada dua colokan listrik. Untuk orang yang sudah ganti batere BB 3 kali, walaupun saya bawa power bank, menemukan colokan di kereta itu merupakan hal yang sangat menakjubkan *grinning face*.

Perjalanan stasiun Purwokerto – stasiun Jatinegara ditempuh selama 5 jam dan terasa cepat sekali. Awalnya saya sibuk ngobrol di grup, mengabari yang akan jemput, dan tentu saja main twitter, dengan colokan disamping saya, saya merasa jumawa untuk terus menggunakan BB. Tapi kemudian saya memutuskan membaca buku yang saya bawa, The Catcher In The Rye, buku yang menarik. Sambil membaca buku, waktu terasa cepat sekali berlalu dan saya sampai di Jakarta dini hari, pukul 01.00.

Saya beruntung, satu setangah tahun tinggal di Jakarta, saya punya beberapa teman yang bisa diandalkan untuk situasi seperti ini, sampai di Jakarta dini hari, saya punya sahabat yang siap menjemput dan mengantarkan saya ke kosan adik saya di bilangan Ragunan, Jakarta Selatan. Saya sebenernya bisa naik angkot dari stasiun Jatinegara ke rumah Bude di Cipinang Muara, tapi meeting point sama temen-temen Jakarta di terminal Kampung Rambutan, lebih dekat kalo saya dari Ragunan. Sebelum ke Ragunan, sahabat saya mengajak saya makan roti bakar di daerah kosan saya dulu waktu tinggal di Jakarta, banyak sekali yang sudah berubah.

Besok paginya, bangun siang, tidur makan, tidur makan sampai sore kemudian saya naik angkot menuju terminal Kampung Rambutan. Alhamdulillah jalanan Jakarta ramai lancar, gak sampai macet, telat sedikit dan membiarkan Lisma menunggu sebentar. cukup buat Lisma makan dan solat :) Saya sampai Kp. Rambutan pukul 05.00, meet up time sama orang travel dan orang stasiun TV o’chennel jam 06.00, saya dan Lisma masih bisa santai jajan dan ngobrol. Ini adalah keuntungan orang datang tepat waktu bahkan awal. Pukul 06.00, sesuai jadwal kami mulai naik bus menuju pelabuhan Merak. Mumu, teman saya yang tidak sempat ikut kumpul karena memang tidak bisa cuti pas hari jumat, kebetulan sekali naik bus yang sama dengan bus yang saya naiki. Padahal menyadari bahwa dia tidak bisa datang tepat waktu, Mumu hanya minta saya menunggu dia di Pelabuhan Merak. Mumu sadar, kalo traveling berkelompok, kita gak bisa seenaknya. Ada banyak pihak yang dilibatkan disini. Tidak tepat waktu bisa menyebabkan banyak masalah.

Perjalanan kp. Rambutan – Pelabuhan Merak butuh waktu 4 jam, kurang lebih jam 10 kami sampai di Pelabuhan Merak dan mulai registrasi ulang dan pelunasan. Perjalanan ini kami menggunakan jasa travel. Pukul 23.00 kami mulai menaiki kapal. Feri dari pelabuhan Merak – Bakauheni ada ruang-ruang khusus, seperti ruang Bisnis dan Eksekutif. Ruang tertutup dengan AC dan sofa-sofa yang bisa dipakai untuk tidur. Biaya tambahan untuk ruang bisnis adalah Rp. 6.000,- sedangkan ruang eksekutif Rp. 10.000,-. Awalnya kami duduk ramai-ramai di dek, karena lelah dan ingin tidur, kami memutuskan untuk masuk ruang eksekutif, padahal waktu penyebrangan hanya sekitar 2 – 2,5 jam.
pelabuhan Canti, sesudah solat subuh dan sarapan kepagian
Saya lupa jam berapa saya tiba di Pelabuhan Bakauheni, sempat tertidur cukup pulas, saya agak disorientasi waktu, yang jelas setelah sampai di pelabuhan Bakauheni, kami berjalan cukup jauh untuk sampai di tempat angkot yang akan kami gunakan ke Pelabuhan Canti menunggu. Kami dibagi menjadi beberapa kelompok, dan ketika pembagian itu saya menyadari, tour leader salah menulis nama saya. Jadilah sepanjang trip saya punya nama baru, Tala. “mbak Tala, nanti teamnya mba ini ini ini yah”, “mbak Tala, boleh tukeran gak anggotanya, itukan ada yang campuran lalallalililili”. Saya terlalu acuh atau mengantuk untuk mengoreksi, biarlah selama trip ini saya dikenal dengan nama Tala.

laju perahuku laju!!
Hari masih gelap ketika kami sampai di Palabuhan Canti, saya dan beberapa teman duduk di sebuah musola kecil menunggu subuh, menikmati sisa-sisa malam dengan bulan yang penuh. Saya merasa perlu bertasbih lebih. Sesudah solat subuh berjamaah, kami sarapan. Menunya telur dadar dan bakwan udang, ada beberapa menu sebenernya, tapi itu yang saya ambil, oh dan tentu saja teh manis hangat *smiling face*. Its good to start your day with a glass of hot tea.

TeamLo anti mabuk *failed miserably for Rachma*
Dan kemudian kapal yang akan kami tumpangi datang, dengan pengalaman Karimun Jawa, saya dan kawan-kawan memutuskan duduk di bagian depan kapal yang terbuka alih-alih duduk di bagian kabin atau kamar di belakang. Dan ternyata, ombak besar kapten! Banyak banget yang mabuk laut. Mas Helmi, tour leader kita sebelum berangkat memberikan tips, jika kami mulai merasa mabuk, lihatlah objek yang jauh dan focus di sana. Ternyata, mas Helmi mabuk juga. So much for memandang objek yang jauh lalu focus di sana dan bisa tidak mabuk, yang ngasih tips terkapar mabuk laut *peace mas Helmi*. Saya dan Lisma mencoba mengurangi mual dengan cara lain, dengan bernyanyi. Nyanyi aja. Sumbang malah. Hahahaha. Yang penting saya dan Lisma bebas mabuk laut berkat Tulus satu album dan lagu-lagu yang kami nyanyikan dengan nada membabi buta. Asal bunyi. Tapi manjur. Sayang banget gak ada Dina L. Dina dan beberapa teman membatalkan keikutasertaan karena beberapa hal, sedih

Pulau Sabesi
Pulau pertama yang kami lihat setelah 3 jam terombang-ambing di laut adalah Pulau Sabesi. Air laut jernih, puncak gunung di Pulau Sabesi tertutup awan, dan yang sangat membuat saya patah hati adalah banyaknya sampah yang mengapung. Sampah plastik. Tapi Pulau Sabesi bukanlah tujuan kami, kami masih harus terus berlayar menuju Pulau Anak Krakatau. Di sana kami akan trekking menuju Puncak Gunung Anak Krakatau yang masih aktif. Oh My God!!!! I was so excited!!!! I didn't know yet what's awaited me there!!
Kami sampai di Pulau Anak Gunung Krakatau pukul 10.30 pagi. Sampai di sana kami baru diberi tahu trek yang akan kami lalui panas berdebu. Saya, Lisma dan beberapa orang tidak siap. Yang kami bayangkan adalah wisata laut, kami memutuskan memakai sandal jepit! Tentu saja trekking ini adalah semacam sesuatu yang mengejutkan. Itinerary tidak spesifik memberitahu apa saja yang akan kami lakukan. Hahahhaha. Siyal. Tapi kami sudah sampai di sana dan kami harus terus maju!

Jadilah, saya, Lisma dan beberapa orang trekking Gunung Anak Krakatau pake sandal jepit, jam 11 siang! Hell!!! Panas bok!

ini Gunung Anak Krakatau. Masih Aktif.
Di pertengahan jalan, mas dari grup satunya turun, menyapa saya dan berkata, “mbak Tala, pake sandal juga ya? Mending turun deh mbak, sandal saya udah robek neh ¾ jalan”. Ugh. Well, saya sudah separuh jalan, and I’m not gonna give it up. Saya udah dikocok di atas kapal lebih dari 4 jam, saya sudah naik kereta 5 jam dari Purbalingga ke Jakarta, masa sih sudah setengah naik gunung Anak Krakatau terus saya nyerah?? NO F*cking WAY. Maka saya lanjut!!

¾ jalan, kaki saya melepuh dan rasanya melelahkan sekali. Awalnya saya tidak merasa haus, saya hanya merasa pusing, jadi saya istirahat di pinggiran. Salah satu mas-mas rombongan lain melewati saya dan Mumu sambil ngomong ke temennya, “bagi air dong”. Entah gimana saya jadi haus bangeeetttt, pusing dan rasanya mau pingsan. Siyalnya, saya Cuma bawa hape dan kamera. Rasanya saya dehidrasi. Bukan Lala kalo sudah ¾ jalan kemudian mundur, saya mau tahu apa yang ada di puncak sana, bagaimana pemandangan ke bawah, bagaimana rasanya menaklukan diri sendiri yang sudah merengek kelelahan minta menyerah padahal tinggal sedikit lagi saya sampai. Saya tidak menyerah. Sampai puncak saya pucat. Pusing. Saya duduk aja, kemudian seorang teman ngasih saya air. Dan kemudian saya foto-foto. Dengan muka pucat, lecek, lelah dan yah kuyu! Hahahhahaha!
Ini pemandangan dari atas Anak Krakatau. :)

Saya tidak bertahan lama di puncak. Panas dan letih. Setelah beberapa kali foto pemadangan dan foto narsis sambil nahan pusing dan hasrat mau ambruk, saya memutuskan turun. Sesungguhnya turun ini lebih berbahaya daripada naik, atau sama saja bahayanya. Yang saya naiki adalah gunung dengan pasir dan batu. Beberapa kali saya istirahat, air udah abis dan tentu sampahnya saya bawa turun. Saya terus berkata pada diri saya sendiri, saya kuat, saya tidak apa-apa, panas dan haus ini bukan apa-apa. And I made it. Saya bisa menaklukan gunung Anak Krakatau dan diri saya sendiri. Fisik saya memang tidak terlalu kuat, tapi satu hal yang saya tahu, saya tidak akan mudah menyerah. Oke! Gunung Anak Krakatau ini emang Cuma 300-an MPDL. Tapi ini gunung pertama saya, dan saya sangat amatir menaikinya. I’m still proud of myself *wide smile on my face*.

Sampai di pantai kami kemudian makan siang. Oh sebelum makan saya sempetin foto narsis dulu di depan tulisan ‘krakatau’. Padahal tadi mau pingsan, nyampe bawah, narsis lagi. Kemudian kami makan. Menunya masih sama kaya menu tadi pagi, dan saya udah gak selera makan waktu liat salah satu mas dengan seragam travel membuang gelas bekas ke semak-semak di depan saya. Saya Cuma ngeliatin. Gak berani negur. Gak berani ngomong. Begok sik. Harusnya saya bisa bertindak. Saya inget dulu pas di Karimun Jawa, mas dari travel ngumpulin sampah dan dibuang ditempat yang semestinya. Ini sampah ditinggal dan dibuang seenaknya. Traveler macam apa yang melakukan hal semacam itu. Saya merasa patah hati tidak bisa melakukan apa-apa.

Setelah merasa dramatis sendiri dengan tindakan buang sampah sembarangan itu, dan sebelumnya melihat sampah terapung di laut, saya bertanya, butuh waktu berapa lama sampai nantinya perairan sekitar Lampung akan penuh dengan sampah plastik? Sayang banget, karena airnya amat sangat jernih. Sayang sekali.

Setelah selasai makan dan kembali ke kapal, kami melanjutkan perjalanan ke Lagoon Cabe. Waktu yang dibutuhkan kurang lebih 30 menit dengan ombak yang masih gak santai. Ada spot snorkeling di sana. Perairan sebelum spot snorkelingnya ombaknya gede beud men, saya yang awalnya nyebur gak pake peralatan snorkeling dengan niat mau nyuci dulu sambil ngambang, langsung naik tangga lagi. Nyuci dari tangga dan make peralatan lengkap. Baru nyebur udah keombang ambing dengan dasyat. Kemampuan berenang saya gak cukup kuat buat tetep stabil ngambang. Akhirnya saya berenang ke spot snorkeling, kapal yang kami pake kapal gede, jadi gak bisa langsung di spotnya. Lagian spotnya dangkal banget. Saya gerakin kaki diatasnya, gak sengaja mentok terumbu karang. Dan yang sedih, terumbu karangnya udah pada mati L ada beberapa ikan, tapi terumbu karang gak berwarna. Saya lagi-lagi gak bisa move on membandingkan lagi dengan Karimun Jawa yang terumbu karangnya berwarna-warni cantik sekali. Snorkeling Cuma dikasih waktu 30 menit. Whot???!!! Iyelah. Kami masih harus berlayar selama 5 jam menuju teluk Kiluan. Kami sampai di Teluk Kiluan hampir magrib. Iya. Bener-bener 5 jam berlayar. Kiluan dan dolphin trip bakal saya bahas di post yang berbeda.


Sekian dulu. J

Comments

Unknown said…
Obrolan sama aku dikreta ga disebutin nih?
terus perjalanan dari purbalinnga ke pewete ga disebutin tuh.

lucu namanya: tala la ti lili
Lala said…
hahahaha.. iya ik mas, aku lupaa... padahal obrolanne rame yaa.. hohoho..

hallo, nama saya Tala :p

Popular posts from this blog

Pendakian Raung 3344 mdpl Via Kalibaru

Review : Melawat Ke Timur : Menyusuri Semenanjung Raja-raja

Bukan Pasar Malam, Bukan Kejutan Biasa