Random. Random. Random. Diulang tiga kali. Biar mantep.

Assalamualaikum!

Menjelang magrib dan saya sedang selow, di kamar, telinga tersumpal dan hujan di luar sana. Karena hujan sudah terlalu banyak dibicarakan, mari bicara tentang mati.

Hari ini saya berfikir tentang hidup dan mati, mana yang harus lebih banyak kita ingat agar apa yang sekarang saya jalani terasa lebih berharga?

Saya hidup dengan mimpi, harapan, dan cita-cita. Target dan rencana yang acak saya susun dalam kepala, satu demi satu, sedikit demi sedikit saya susun dan saya wujudkan. Tidak semuanya berjalan dengan baik, apalagi sempurna. Tapi tidak mengapa, toh kesempurnaan hanya punya Tuhan.

Saya tidak tahu apapun tentang mati. Karena saya belum pernah mati tentu saja. Saya, kita, sering mendengar tentang maut, malaikat kematian dan apa yang menunggu kita setelahnya. Mendengar dan mengalami adalah dua hal yang berbeda, tapi saya rasa saya tidak ingin mengalami mati sebelum waktunya. Waktu saya SMP, saya pernah baca Ihya Ulum ad-din Metode Menjemput Maut, buku punya om saya yang jebolan pesantren. Tidak banyak yang saya ingat tentang isi buku tersebut, tapi seingat saya, saya jadi tidak malas solat lagi setelah baca buku itu.
Menurut saya pribadi, mati adalah sebuah garis. Garis yang membatasi hidup di dunia ini dan hidup di dunia setelah dunia ini. Maut adalah batas, yang selalu mengingatkan kita bahwa segala pahit manis apa yang kita rasa di dunia ini pada akhirnya akan berakhir dan kita harus bertanggungg jawab dengan apa yang sudah kita  lakukan. Kematian adalah nasihat paling bijak, bahwa apapun yang ada sekarangg pada akhirnya akan kembali kepada Pemilik Segala Perkara. Mati adalah selesainya satu babak dalam kehidupan kita sebagai mahluk, masih ada babak keabadian setelahnya.
Mati adalah perkara pasti. Dan kita tak akan bisa lari.

Random thought tentang mati, di bulan Januari. Yak, di bulan ini umur saya akan bertambah 365 hari. Sudah 365 hari lagi berjalan semakin dekat dengan mati, semoga semakin dekat dengan Illahi.

amin.

Comments

Popular posts from this blog

Pendakian Raung 3344 mdpl Via Kalibaru

Review : Melawat Ke Timur : Menyusuri Semenanjung Raja-raja

Bukan Pasar Malam, Bukan Kejutan Biasa