Sabtu Siang Sebelum Pulang

Kadang, ngeri sendiri dengan waktu yang berlalu.
Beberapa minggu kemarin saya ke Malang. Emang sudah punya cuti? Tentu belum lah. Saya ke Malang dengan teknik tektok. Malem setengah sembilan berangkat dari Pekalongan, sampai Malang jam delapan pagi dan jam lima sore saya sudah balik lagi di kereta menuju Pekalongan.

Saya pernah janji mau nengok Naya, anak Dedew, dan janji ambil buku di Mas Ibnu Toko Buku Kafka. Kalo nggak disempatkan ya nggak bakal sempat, kalo nunggu dapet cuti ya keburu Naya besar. Apalagi, beberapa minggu sebelum saya datang Naya baru saja ulang tahun yang pertama.

Ngeri.
Dewi Puspitasari, S. Farm, Apt yang dulu satu kosan, yang suka ngomel, yang suka ngebully, anaknya udah umur satu tahun.

Waktu seolah berlari. Kayaknya baru kemaren sumpahan, wisuda, berpisah dan punya cerita masing-masing.


Masih bisa menikmati kesendirian ini. Berdamai dengan banyak hal tidak segampang yang orang kira. Lala yang cengangas cengenges itu tidak sesantai yang orang kira. Saya merasa baik-baik saja sekarang. Baik-baik saja sendiri. 
Saya pernah tidak baik-baik saja. Tidur saja takut. Keluar rumah takut. Di dalam rumah takut. Cerita takut. Diam takut. Kadang histeris sendiri.

Iya. Saya pernah meniti batas kewarasan. Hingga akhirnya bisa jatuh cinta, patah hati, jatuh cinta lagi, sampai bertemu yang sejati, yang belum ketemu juga, saya melalui jalan yang tidak mudah. Orang tidak selalu tau seperti apa saya ketika melewati masa itu.

Waktu terus berlari. Saya tidak ingin terus sendiri.
Jadi mari kembali membuka diri.

Comments

Popular posts from this blog

Pendakian Raung 3344 mdpl Via Kalibaru

Review : Melawat Ke Timur : Menyusuri Semenanjung Raja-raja

Bukan Pasar Malam, Bukan Kejutan Biasa