If Only We Could Choose Our Own Happiness
Setelah buku, my main muse adalah musik. Mengawali hari dengan Lipstick Lipsing mendendangkan If Only We Could Choose Our Own Happiness, saya berfikir tentang banyak hal. Saya tidak bisa menuliskan lyric lagu tersebut karena... instrumental. Jadi saya berfikir tentang rasa yang ada setelah mendengarkan lagu itu.
Saya separuh berharap hari ini
akan hujan dengan deras, separuh berharap langit berwarna biru cerah. Saya butuh
satu lagi elemen untuk memanjatkan doa sedikit lebih lama pagi ini. Saya sudah
punya antara adzan dan iqomah, saya punya hari jumat dan saya berdoa saya punya
hujan pagi ini.
Jam 6 pagi buka jendela kosan,
langit biru cerah. Tidak apa-apa, alhamdulillah. Saya kemudian pergi mandi. Kembali
dari kamar mandi semua tampak lebih redup, dan ternyata mendung. Menemukan langit
dibalik jendela sebagian berwarna biru tertutup awan, dan kelabu. Pagi ini saya
berdoa sedikit lebih lama, sedikit lebih khusyuk, sedikit terisak.
Memikirkan apa yang saya minta
dalam doa, saya berharap bisa menentukan kebahagiaan saya sendiri. Memilih apa
yang saya pikir terbaik bagi diri saya sendiri. Tapi Tuhan berperan seperti
orang dewasa yang lebih tau apa yang terbaik untuk kita.
Saya merengek minta es krim dan
Ia memberikan teh manis hangat, saya ingin marah. Menangis. Tidak terima dan
seketika merasa Ia tidak sayang saya. Sepuluh menit berikutnya saya sadar,
sedari malam tenggorakan saya sedikit terasa panas. Saya ingin es krim untuk
mendinginkannya dan Ia memberikan saya teh hangat, pilihan yang lebih
bijaksana, meski saya butuh waktu untuk menyadarinya.
Manusia sering merasa tau apa
yang baik, sementara Allah lebih tau. Allah Maha Tahu.
Senggigi, Lombok |
Setelah sering, amat sering
merasa tau apa yang baik bagi saya, sering keras hati, berkeras dan memohon,
sering ngeyel, sering ngotot sama Sang Pemilik Hidup, saya merasa sudah cukup. Terakhir
kali ngotot itu masih dua tiga hari yang lalu, masih ngeyel, masih berkeras
hati merasa lebih tau. Pada akhirnya kata-kata sederhana dari seorang teman,
jam-jam panjang yang dihabiskan untuk melembutkan hati, hingga bisikan dini
hari. Akhirnya.... biar Allah saja lah yang memilihkan apa yang terbaik.
I don’t want to choose my own
happiness, I want Him to choose whatever the best for me. Even I would need
some time to understand.
Comments